(021) 857 0985/86/68

STT Jaffray Jakarta

Menjunjung Integritas Meneguhkan Kualitas Kepemimpinan

Telah ditegaskan dalam tulisan saya sebelumnya bahwa makna integritas yang artinya “suatu keadaan atau kualitas kehidupan positif yang dibangun di atas kebenaran, kebaikan, keadilan, ketulusan, kesetiaan dan kejujuran yang telah lengkap atau penuh yang menyentuh segala aspek kehidupan. Hakikat integritas ini diwujudkan melalui kualitas etika (inner values) dan ekspresi moral (expression of personality) dari kehidupan orang yang berintegritas (Yesaya 32:1-2; 33:15-16). Indikator dari integritas adalah sikap dan cara hidup yang membuktikan adanya kebijaksanaan (Yesaya 32:8; Ayub 28:28).

Menyikapi pemahaman integritas seperti ini kini muncul pertanyaan, apa kaitannya dengan sikap “Menjunjung Integritas sebagai jalan untuk meneguhkan kualitas kepemimpinan” itu? Jawaban bagi pertanyaan ini dapat disimak dari kebenaran Firman Allah yang menegaskan, “Orang yang hidup dalam kebenaran, yang berbicara dengan jujur, yang menolak untung hasil pemerasan, yang mengebaskan tangannya, supaya jangan menerima suap, yang menutup telinganya supaya jangan mendengarkan rencana penumpahan darah, yang menutup matanya, supaya jangan melihat kejahatan, dialah seperti orang yang tinggal aman di tempat-tempat tinggi, bentengnya ialah kubu di atas bukit batu; rotinya disediakan air minumnya terjamin” (Yesaya 33:15-16). Kebenaran Firman ini menegaskan harkat dari orang yang menjunjung integritas yang dapat dilihat dari beberapa aspek. Pertama, bahwa orang yang menjunjung integritas itu adalah dia yang hidup dalam kebenaran, kebaikan, keadilan, ketulusan, kesetiaan dan kejujuran. Kedua, orang yang menjunjung integritas ini menolak setiap hal yang jahat (Ayub 28:28). Ia memahami kebenaran dan mengalami pemerdekaannya (Yohanes 8:32). Di dalam pemerdekaan ini ia mengetahui bahwa “tidak ada dusta yang berasal dari kebenaran” (I Yohanes 2:21), sehingga ia menjauhkan dirinya dari kejahatan. Orang seperti ini adalah dia yang mengalami peneguhan dari TUHAN, sehingga kehidupannya kokoh bagaikan berada di atas bukit batu yang diteguhkan dengan kecukupan ekonomi. Ketiga, orang yang menjunjung integritas seperti ini pasti akan membawa sejahtera (Matius 5:6,9; Yesaya 32:17) di mana ia akan terbukti sebagai manusia berbudi luhur (Yesaya 32:8) yang konsisten manampakkan kehidupan berlandaskan kebenaran dan keadilan sehingga ia berperan bagaikan batu cadas tempat bernaung dan berlindung dari badai serta bagaikan batu besar yang mengalirkan aliran air di tanah tandus (Yesaya 32:1-2). Dari kehidupan seperti inilah ia memberkati dan meneguhkan orang-orang yang ada di sekitarnya.

Implikasi dari kebenaran seputar pemimpin yang menjunjung integritas ialah bahwa setiap pemimpin yang menjunjung integritas akan meneguhkan kualitas diri dan kepemimpinannya. Peneguhan kualitas diri ini akan terlihat dalam kepemimpinan pada aspek berkut: Pertama, Ia menampakkan adanya nilai etika moral mulia, karena dibangun di dalam kebenaran. Kekuatan etika moral mulia ini memperlihatkan adanya nilai hidup berkualitas yang merupakan “inner driving power” yang menggerakkan tindakan etika dan moral yang nampak dalam cara berpikir, bersikap, berkata dan bertindak. Nilai hidup seperti ini menunjuk kepada keagungan kepribadian pemimpin, karena ia berintegritas. Kedua, Ia mendemonstrasikan sikap proaktif positif terhadap diri, sesama dan kerja. Sikap ini menampakkan keagungan budi sebagai pribadi luhur yang menggambarkan adanya kewibawaan kepemimpinan dari dirinya. Ketiga, Ia mengamalkan kualitas kinerja secara konsisten dalam melaksanakan upaya memimpin, sehingga ada sentuhan berkat yang terjadi sepanjang proses kepemimpinannya. Kiranya!

 

Salam kasih & doa, 
Pdt. Dr. Yakob Tomatala 

Need help?